GURU PAHLAWAN
MASA KINI
Disebuah
desa yang terpencil terdapat seorang guru yang baik hati. “Pak Somat” begitulah
biasanya murid memangilnya. Pak Somat mengampu mata pelajaran matematika.
Metode santai dan diselingi candaan adalah gaya mengajarnya. Rumah Pak Somat
tak jauh dari SMP tempatnya mengajar, Sehingga dia menggunakan sepeda ontel
Kebo sebagai tuganganya. Sepeda kebo butut nan eksotis peninggalan dari turun
temurun sejak zaman belanda. Karena Keramahan dan Kebaikan Beliau Sehingga tak
ada yang tak kenal Pak Somat Si Guru Hebat.
Setelah
sampai ditempat dengan Gagah Berani Pak Somat turun dari tungganganya. Bak
Pangeran yang turun dari kuda dengan langkah kaki yang mantap beliau berjalan
menuju kelas 7B yang menjadi jadwal mengajarnya. Sesampainya didepan Kelas
Beliau berucap
“
Selamat pagi murid murid” Kata Pak Somat
“Selamat
Pagi Pak” Jawab murid serentak
“semua
sehat kan .? mari kita lanjutkan pembelajaranya” (sembari membenarkan posisi
kopyah yang dikenakanya agar miring sempurna)
“Baikk
pak” jawab Murid serentak (ada sebagian siswa yang tertawa melihat gaya dari Pak
Somat)
Pembelajaran
berlangsung dengan baik, serius namun
santai, sehingga tak ada siswa yang merasa terbebani. Bahkan banyak siswa yang
tertolong dengan cara mengajar beliau. Cara mengajar yang begitu malah menjadikan matematika yang
dikenal susah malah menjadi mudah dipahami dan dikerjakan.
Disisi
lain dari ketenaran dari Pak Somat disekolahan tersebut terdapat pula segerombolan anak anak nakal
yang tergabung dalam satu geng. Mereka sering meyebutnya dengan OBLO dengan
kepanjangan Organisasi Bocah Lali Omah yang di ketuai oleh seorang siswa
bernama Rahmanto alias Otox, dan dibantu Oleh gunawan ,dan Rama alias Petox.
Mereka bertiga adalah teman sejawat yang telah berteman sejak kecil. Mereka
bertiga selalu membuat keonaran dan keributan di sekolah itu. Dalam
keseharianya mereka sering menjaili siswa yang lain bahkan tak jarang guru juga
menjadi sasaran kejailan mereka. Telah ratusan kali teguran menglegar ditelinga
mereka namun tak ada satupun yang dihiraukan. Malahan bak api tertiup angin
yang menjadikan mereka bertambah nakal tat kala teguran menghampirinya.
Sebentar
lagi seluruh SMP seindonesia akan Mengadakan Ujian nasional. Semua warga
sekolah sibuk untuk mempersiapkan hal itu, tak terkecuali SMP tersebut Salah
satu trik yang dilakukan adalah dengan mengadakan simulasi ujian. Dengan hal
itu diharapkan siswa dapat sukses dalam menghadapi ujuan nantinya.
Pak
Somat pun tak tinggal diam, beliau mengerahkan semua yang dimilikinya untuk
membantu muridnya agar dapat lulus dengan baik. Berbagi cara dilakukan beliau
dari mulai berdoa, mengadakan jam tambahan, les privat dll semuanya dilakukan
demi tujuan yang mulia. Beliau hanya ingin anak anak didiknya kelak dapat
sukses menghadapi ujian dan lulus dengan nilai yang baik. Hanya itu yang beliau
inginkan, dia tak menginginkan imbalan apapun atas jasanya.
Didalam
suatu proses belajar mengajar di suatu kelas yang dikelas tersebut terdapat
anak yang nakal tadi. Pak Somat
mengadakan Ulangan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dikelas
tersebut.
“Anak
anak, hari ini kita coba kerjain soal soal ya, dikerjain sebisanya ga usah
tengok tengok. Okheee....” ( sambil menutup satu mata dan mengacungkan dua
jempol tanganya)
“OKHEEE
PAK...” jawab murid mirid dengan semangat
Soalpun
diberikan dan selang beberapa jam murid muridpun telah selesai mengerjakan
tugasnya. Tak ada raut wajah susah maupun kesulitan dari wajah mereka yang ada
hanyalah senyum yang merekah menandakan soal yang mudah, hanya 3 orang yang
terlihat berkeringat , lusuh dan kebingungan, mereka yaitu Rahmanto, Gunawan,
Dan Rama 3 orang bandel yang tergabung dalam oblo.
Pak Somat yang menyadari hal itu
langsung menegur mereka bertiga.
“Nak Rahmanto, Nak Gunawan,Nak Rama, kug seperti
orang kebingungan. Apakah soal yang baPakberikan tadi terlalu sulit. ?” tanya Pak
Somat kepada ketiganya
“Iya
Paksoal yang diberikan terlalu sulit. Sepertinya ga pernah diajarkan” Jawab
Rahmanto ( Sambil garuk garuk Kepala )
“Masak.,?
trus dari 10 soal yang tadi baPakkasih kamu bisa kerjain berapa ?” tanya Pak
Somat
“hehe..
Cuma 2 Pakitupun nyontek temen pak” jawaban polos rahmanto yang disusul gelak tawa
teman teman yang lain
Ketiga
orang tadipun disuruh maju kedepan oleh Pak Somat, mereka disuruh mengerjakan
soal yang dituliskan dipapan tulis.
“silakan
kalian bertiga kerjakan soal yang sudah baPaktuliskan di papan tulis itu” kata Pak
Somat sembari menepuk hangat penggung gunawan
“alahh
Pakpak, gek piye iki aq ra mudeng opo opo .. malah di kon majuu.. gurune ra
ceto” umpat Rahmanto dalam hati
Lama
waktu berlalu mereka bertiga tak kunjung menggoreskan spidolnya. Mereka hanya
diam sambil melihat soal sambil salah menyalahkan satu sama lain. Pak Somat
berdiri dari tempat duduknya dan menghampiri
“Gimana
pada bisa ga ? Ini mudah loh..” kata Pak Somat
Murid
yang lain menertawakan mereka bertiga. hahaa masak soal begitu aja ga bisa
begitulah cercaan yang dilontarkan dari mulut teeman temanya. Makian demi
makian telah diperolehnya sehingga tak ayal membuat Ketiga anggota OBLO itu
menjadi malu. Semenjak itu mereka bertiga menjadi marah dan benci dengan Pak
Somat suhguhpun maksud Pak Somat adalah baik.
Semenjak
itu kebencian dan kebencian kian hari kian membumbung. Hingga suatu saat
timbulah niat jelek dari ketiganya untuk menjaili Pak Somat
“Heh
Rahman, Aq tu benci sama Pak Somat itu. Gmna kalu sekali kali kita kasih
pelajaran ke dia tapi gmna ya caranya ?” kata gunawan ke rahmanto
“Lah
cocok iku, aq juga sama anyel karo Pak Somat kae” Timpal rahmanto
“Ngene
ngene. Kan Pak Somat ke sekolah naik sepeda, Gimana kalau kita kempesin aja ban
sepedanya biar ga bisa pulang dia., haha gmna. ?” kata rama
“hahaha
wah ide yang bagus.. ayo kita lakukan” Jawab rahmanto dan Gunawan bersamaan
Mereka
bertigapun menuju parkiran dimana tempat si rembo milik Pak Somat dirpakir. Ban
sepeda tersebut dikempesin, sambil tertawa penuh kemenangan mereka bertiga
berjalan meninggalkan parkiran.
Waktu
mau pulang Pak Somat kaget kenapa ban sepedanya bisa kempes semua. akhirnya
beliau menuntun sepedanya menuju tambalban terdekat. Mengetahui hal tersebut
ketiga anak tadi tertawa terbahak bahak. Mereka menghampiri Pak Somat sambil
berkata
“
Haaaaha, bocor Pak? wah jalan kaki ni yeee.?”
Mendengar
hal itu Pak Somat masih tersenyum dan menyapa dengan ramah ketiga anak tersebut
“ iya nih, si rambo ngambekk,( candanya ),
kalian ga pulang.” Begitu perhatianya beliau yg tak menyadari bahwa itu adalah
perbuatan dari mereka bertiga.
Hari
demi haripun berlalu, Smp N 3 Mojolaban mengadakan tes simulasi ujian nasional
untuk yang ke 2 kalinya. Ujian berlangsung selama 4 hari berturut turut. Senin,
selasa, rabu, dan kamis dan hari saptunya adalah pengumuman hasil dan hasil
tersebut digunakan untuk acuan pada pembagian kelas untuk jam tambahan, dengan
begitu maka akan lebih efektif dalam penyampaian materinya. Semua siswa telah
menerima hasilnya yang 97% siswa dapat lulus sisanya tinggal Rahmanto, Gunawan,
Dan Rama yang belum lulus.
Berita
ketidak lulusan mereka bertiga terdengar juga di telinga ibu mereka. Ibu
Rahmanto lah yang paling takut kalau anakya tidak dapat lulus. Karna
kekawatiran tersebut Bu Sumiyati pun mendatangi ke sekolah namun sesampainya
disana dia bingung mau minta bantuan pada siapa. Melihat ada seorang ibu paruh
baya yang kebingungan Pak Somat pun menyapanya
“Selamat
pagi Buk, Ada apa ini kug sepertinya anda lagi kebingungan. Boleh saya bantu”
Sapa Pak Somat
Percakapanpun
berlanjut. Bu Sumiyati bercerita panjang lebar. Mulai dari latar belakang
kluarga sampai tujuanya datang ke sekolah ini. Pak Somat yang mendengar itu
tersenyum,
“Sudah
pasti ibuk, Itu adalah kewajiban saya” Jawab Pak Somat dengan senyum
“Waaaaht.,
sungguh beruntung rahmanto memiliki keluarga yang peduli denganya” Lanjut Pak
Somat
Bu Sumiyati yang mendengar jawaban itu
langsung senang dan tenang. Keraguan serasa punah didalam hatinya seperti telah
terbisik bahwa guru ini akan mampu mengubah anaknya menjadi yang lebih baik.
Diapun berpamitan dan pulang.
Hari
demi haripun kian berlalu begitu cepat. UAN SMP semakin dekat saja. Namun
dengan Gigih dan Pantang menyerah Pak Somat mengeluarkan semua yang dia miliki
untuk membantu para siswa belajar. Terkusus lagi untuk ketiga anak bandel OBLO.
Tak jarang Pak Somat meluangkan waktu untuk mmberikan jam tambahan dirumah
mereka beriga, kadang di rumah Rahmanto, kadang ditempat Gunawan ataupun Rama,
Begitu seterusnya.
Waktu
bagi Murid murid SMP untuk bertempurpun telah tiba. Ujian dilakukan serentak di
seluruh sekolah setingkat SMP diseluruh Indonesia. Kini Pak Somat sudah tak
bisa membantu lagi. Hanya do’a yang dapat dikirimkan untuk murid muridnya. Hari
pertama, kedua, sampai ujian terakhir telah terselesaikan. NamPakwajah lega
Murid murid seakan hilang sudah beban selama ini. Yang bisa dilakukan untuk
saat ini hanya menunggu dan berdo’a.
Setelah
penantian panjang. Akhirnya tibalah Pengumuman kelulusan. Rasa deg dek...an.
Khawatir, cemas, optimis, bercampur dalam diri. Para orang tua berbondong
bondong mendatangi sekolahan untuk mengambil sepucuk surat harapan masa depan
anak mereka. Betapa gembiranya Pak Somat melihat Murid Dan Orangtuanya
Bergembira melihat bahwa dalam kertas itu tertera “LULUS”. Walaupun mereka
bukan siapa siapa Pak Somat namun dia ikut senang dan itu ditunjuknya sebagai
pengabdian kepada negara.
Tanpa
sengaja Pak Somat bertemu dengan Bu Sumiyati. Pak Somat bingung Karena Bu
Sumiyati seperti orang bingung. Terbesit dalam pikiran Pak Somat “ ahht, .
apakah Rahmanto tidak Lulus,” Dalam hatinya, seketika Pak Somat sedih dan
termenung dia merasa telah gagal dalam mendidik siswa. Dengan memberanikan diri
Pak Somat membuka percakapan.
“Ada
apa ibu.. Kug kelihatanya masih bingung, sudah diambil kan suratnya.?” Tanya Pak
Somat
“Sudah
pak... namun saya ga berani untuk melihat hasilnya.. saya takut...” Jawab Bu
Sumiyati lirih
“kalau
ga dibuka bagaimana ibu bisa tau anaknya lulus atau tidak.?” Lanjut Pak Somat
Sambil
menyodorkan suratnya ke Pak Somat “ Nii pak.. tolong dibacakan hasilnya..”
Dengan
hati yang dag dig dugk Pak Somat mulai membuka isi surat tersebut. Tangan
berguncang hebat lempitan keras mulai terbuka. Perlahan lahan namun pasti
muncul tulisan “LULUS”, Mendengar itu Bu Sumiyati sungguh senang tak terkira
dia mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang diberikan Pak Somat
selama ini.,
Pak
Somat.. telah menjalankan tugasnya dengan baik. Dia mengabdi ke pada bangsa dan
negara. Bukan mengabdi dengan mengacungkan Senjata, keberhasilanya bukan
dinilai dari berapa penjajah yang berhasil dibunuh. Tapi beliau mengabdi lewat
goresan tinta ilmu dan keberhasilanya dinilai dari Seberapa banyak siswa yang
berhasil lulus dengan maksimal,. Itulah kenapa disebut GURU PAHLAWAN MASA KINI.......
SEKIAN
TERIMAKASI....!!!!!!
Karangan
Asli
dibuat oleh : Adhy Satria Laksana