Kampus JPTK UNS

PTM menghasilkan guru yang cerdas dan berkarakter

DUNIA RODA 2

Kecantikan si kuda besi dengan teknologi dan kecepatan

MOBIL

Dimana kemewahan,kenyamanan,keamanan bersatu

EDITOR

kebersamaan yang indah

Minggu, 25 Mei 2014

Proses Pembakaran Motor Bensin & Diesel

  Motor bakar adalah suatu pesawat yang digunakan untuk  merubah energi kimia  bahan bakar menjadi energi panas (termal), dan menggunakan energi tersebut untuk melakukan kerja mekanik. Proses kompresi adalah suatu keadaan dimana pada saat ruang bkar terjdi kompresi dan campuran bahan bakar dan udara mulai terbakar sampai habis, prosesnya pun berbeda baik pada motor bensin dan motor diesel.

A. PADA MOTOR BENSIN
1.  Proses Pembakaran
Pembakaran di dalam silinder adalah reaksi kimia tu reaksi persenyawaan bahan bakar dengan udara (oxygen), yang diikuti dengan timbulnya panas. Panas yang dilepas selama proses pembakaran inilah yang digunakan untuk tenga/power.
Mekanisme pembakaran dipengaruhi oleh keseluruhan proses pembakaran di mana atom-atom dari bahan bakar dapat bereaksi dengan oxigen dan membentuk gas. Perbandingan campuran kira-kira 12 sampai 15 berbading 1, artinya  12 – 15  kg udara dalam 1 kg bahan bakar.
Pada motor bensin menggunakan bahan bakar bensin yang mudah terbakar dan mudah menguap. Campuran  udara dan bensin yang masuk kedalam silinder dan dikompresikan oleh torak pada tekanan 8-15 bar atau 8-15 kg/cm2 dinyalakan oleh loncatan bunga api listrik (busi). Kecepatan pembakaran 10 -25 m/det, suhu udara naik hingga 2000-25000 C , tekanan pembakaran berkisar 30- 40 bar.
Proses pembakaran  pada motor bensin dapat terjadi apabila :
a.  Campuran bahan bakar udara masuk kedalam silinder.
b.   Campuran dikompresikan.
c.    Bahan bakar dinyalakan dengan bunga api listrik (busi).
 Bensin mengandung unsur-unsur carbon dan hydrogen yang dapat terbakar apabila :
     a.   Hydrocarbon terbakar bersama oxygen sebelum carbon bergabung dengan      oxygen. 
  1. Carbon terbakar lebih dahulu daripada hydrogen.
  2. Senyawa hydrocarbon terlebih dahulu bergabung dengan oxygen dan membentuk senyawa (senyawa hydroxilasi) dan kemudian terbakar (thermis).
 Jika pembakaran berlangsung, diperlukan :
1.      Bahan bakar dan udara dimasukan kedalam silinder.
2.      BahaN bakar dipanaskan hingga suhu nyala.
Dalam pembakaran hydrocarbon yang normal tidak akan terjadi jelaga jika kondisinya memungkinkan untuk proses hydroxilasi. Hal ini dimungkinkan bila pencampuran pendahuluan (premixture) antara bahan bakar dan udara mempunyai waktu yang cukup untuk memasukan oxygen kedalam molekul hydrocarbon.
Bila oxygen dan hydrogen tidak bercampur dengan baik, maka akan terjadi proses cracking di mana pada nyala akan timbul asap. Pembakaran semacam ini disebut pembakaran tidak sempurna.
Ada 2 kemungkinan yang dapat terjadi pada pembakaran motor bensin, yaitu:
1. Pembakaran sempurna (normal), di mana bahan bakar dapat terbakar seluruhnya pada saat dan kondisi beban yang dikehendaki.
2. Pembakaran tidak sempurna (tidak normal), di mana sebagian bahan bakar tidak ikut terbakar, atau atau tidak terbakar bersama-sama pada saat dan kondisi yang dikehendaki.
a.      Pembakaran Sempurna (normal)
Grafik pembakaran sempurna dapat dilihat pada gambar di bawah ini:



  


Gambar  1.1. Grafik Pembakaran Sempurna.


Pada gambar memperlihatkan suatu grafik yang menunjukan hubungan antara tekanan dari sudut engkol mulai dari saat penyalaan sampai akir pembakaran. Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa beberapa derajat setelah TMA.
Mekanisme pembakaran normal dalam motor bensin dimulai pada saat terjadinya loncatan bunga api pada busi. Selanjutnya api membakar gas bakar yang berada di sekelilingnya dan terus menjalar ke seluruh bagian sampai semua partikel gas bakar terbakar habis. Mekanisme pembakaran normal dalam motor bensin dimulai pada saat terjadinya loncatan api pada busi. Selanjutnya api membakar gas bakar yang berada disekelilingnya dan terus menjalar sampai seluruh partikel terbakar. Pada saat gas bakar dikompresikan , tekanan dan suhunya naik sehingga terjadi reaksi kimia dimana molekul hidro karbon terurai dan bercampur dengan oxygen dan udara. Bentuk ruang bakar yang dapat menimbulkan turbulensi pada gas tadi akan membuat gas dapat bercampur secara homogen.

b. Pembakaran Tidak Sempurna (Autoignition)
Pembakaran tidak sempurna merupakan proses pembakaran dimana sebagian bahan bakar tidak ikut terbakar, atau tidak terbakar bersama pada saat keadaan yang dikehendaki. Bila oxygen dan hdrokarbon tidak bercampur dengan baik maka akan terjadi proses pembakaran tidak normal timbul asap. Pembakaran semacam ini disebut pembakaran tidak sempurna. Akibat pembakaran tidak sempurna yaitu: Detonasi, dan Pre-ignition
1). Detonasi
Dalam hal ini gas baru yang belum terbakar terdesak oleh gas yang yang telah terbakar, sehingga tekanan dan suhu naik sampai keadaan hampir tebakar. Jika pada saat ini gas terbakar dengan sendirinya maka akan timbul ledakan (detonasi) yang menghasilkan gelombang kejutan (explosip) berupa suara ketukan (knocking noise) yang terjadi pada akhir pembakaran. Tekanan pembakaran dalam silinder lebihcept dari 40kg/cm2 tiap 0,001 detik. Akibatnya tenaga mesin berkurang dan akan memperpendek umur mesin. Hal-hal yang menyebabkan knocking adalah:
a. Perbandingan kompresi yang tinggi, tekanan kompresi, suhu pemanasan  campuran, dan suhu silinder yang terlalu tinggi.
b.  Pengapian yang terlalu cepat.
c.   Putaran mesin rendah dan penyebaran api lambat.
d. Penempatan busi dan konstruksi ruang bakar tidak tepat, serta jarak   penyebaran api terlampau jauh.
Penyebab detonasi pada motor bensin terbagi dalam dua jenis :
a). Detonasi karena campurab bahan bakar sudah menyala sebelum busi mengeluarkan bunga api.. Hal ini disebabkan karena kotoran-kotoran arang  yang tertimbun diatas kepla torak dan ruang bakar dan menyala terus menerus.. Untuk menghilangkannnya kotoran-kotoran yang menenpel perlu dibersihkan.
b).  Detonasi karena kecepatan pembakaran bahan bakar di sekitar busi sangat tinggi. Hal ini mengakibatkan bahan bakar tidak dapat terbakar secara sempurna dan meninggalkan sisa bahan bakar yang belum terbakar terkompresikan, menyebabka suhu pembakaran naik. Bahan bakar  terbakar dengan sendiirinya tanpa melalui busi. Artinya pembakaran bahan bakar lebih cepat daripada pembakaran normal. 

                                  
Gambar 1. 2. Garafik Detonasi motor.

2). Pre-ignition
Gejala pembakaran tidak sempurna adalah pre-ignation peristiwanya hampir sama dengan knocking tetapi terjadi hanya pada saat busi belum memercikan bunga api. 

                                                             Pre-ignition
Gambar 1. 3.  Grafik Pre Ignation motor.
Bahan bakar terbakar dengan sendirinya sebagai akibat dari tekanan dan suhu yang cukup tinggi sebelum terjadinya percikan bunga api pada busi.
 Jadi pre-ignation adalah peristiwa pembakaran yang terjadi sebelum sampai pada waktu yang dikehendaki. 
c.  Pembakaran Tidak Lengkap
      Pembakaran tidak lengkap yaitu apabila saat terjadinya loncatan bunga api pada busi untuk membakar semua hydrogen dan oxygen yang terkandung dalam campuran bahan bakar masih ada kelebihan atau kekurangan oxygen atau hydrogen

B,  PADA MESIN DIESEL
          Proses pembakaran pada mesin diesel Udara yang diisap ke dalam ruang bakar akan dikompresi oleh gerakan piston. Bahan bakar diinjeksikan pada + 150 sebelum TMA pada langkah kompresi hingga + 100 setelah TMA ke udara tekan dan bersuhu tinggi. Akibatnya, bahan bakar terbakar dengan sendirinya oleh udara kompresi. Suhu udara kompresi harus di atas 500 C0 (9320 F). Proses pembakaran pada mesin diesel dibagi menjadi 4 periode. perubahan tekanan mulai awal sampai akhir proses pembakaran. Perubahan tekanan ini yang menyebabkan bahan bakar terbakar dengan sendirinya. Untuk lebih jelasnya 4 periode proses pembakaran pada mesin diesel ini yaitu :
a. Periode pertama : Waktu pembakaran tertunda (A-B)
Persiapan ini merupakan fase persiapan pembakaran dimana partikelpartikel bahan bakar yang diinjeksikan bercampur dengan udara di dalam silinder agar mudah terbakar. Penambahan tekanan dalam hal ini diakibatkan oleh perubahan posisi poros engkol.
b. Periode kedua : Perambatan api (B-C) Pada akhir langkah pertama, campuran akan terbakar di beberapa tempat dalam silinder sehingga pembakaran mulai di beberapa tempat. Nyala api ini akan merambat dengan kecepatan tinggi seolah-olah campuran terbakar sekaligus menyebabkan tekanan dalam silinder cepat naik. Karena itu periode ini kadang-kadang disebut pembakaran letup. Kenaikan tekanan pada periode ini sesuai dengan jumlah campuran yang tersedia pada langkah pertama
c. Periode ketiga : Pembakaran langsung (C-D) Akibat nyala api di dalam silinder maka bahan bakar yang diinjeksikan langsung terbakar. Pembakaran langsung ini dapat sikontrol dari jumlah bahan bakar yang diinjeksikan, jadi periode ini sering disebut proses pembakaran dikontrol.
d. Periode keempat : Pembakaran lanjut (D-E) Injeksi berakhir pada titik D, tetapi bahan bakar belum terbakar semua. Jadi walaupun injeksi telah berakhir, pembakaran masih tetap berlangsung. Bila pembakaran lanjut ini terlalu lama, temperatur gas buang akan tinggi menyebabkan efisiensi turun.



Mesin Bubut

A.  Mesin Bubut
1.    Pengertian Mesin Bubut
                        Mesin Bubut adalah suatu Mesin perkakas yang digunakan untuk memotong benda yang diputar. Bubut sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja. Gerakan putar dari benda kerja disebut gerak potong relatif dan gerakkan translasi dari pahat disebut gerak umpan.
                        Dengan mengatur perbandingan kecepatan rotasi benda kerja dan kecepatan translasi pahat maka akan diperoleh berbagai macam ulir dengan ukuran kisar yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menukar roda gigi translasi yang menghubungkan poros spindel dengan poros ulir.
                        Roda gigi penukar disediakan secara khusus untuk memenuhi keperluan pembuatan ulir. Jumlah gigi pada masing-masing roda gigi penukar bervariasi besarnya mulai dari jumlah 15 sampai dengan jumlah gigi maksimum 127. Roda gigi penukar dengan jumlah 127 mempunyai kekhususan karena digunakan untuk konversi dari ulir metrik ke ulir inci.

2.    Bagian-Bagian Mesin Bubut
                        Mesin bubut terdiri dari meja (bed) dan kepala tetap (head stock). Di dalam kepala tetap terdapat roda-roda gigi transmisi penukar putaran yang akan memutar poros spindel. Poros spindel akan menmutar benda kerja melalui cekal (chuck). Eretan utama (appron) akan bergerak sepanjang meja sambil membawa eretan lintang (cross slide) dan eretan atas (upper cross slide) dan dudukan pahat. Sumber utama dari semua gerakkan tersebut berasal dari motor listrik untuk memutar pulley melalui sabuk (belt).
1.  Mesin Bubut
a.  Merk Mesin          : CIA MIX & REKINDO & Guangzhou
b.  Jenis Mesin           : Mesin Bubut Konvensional semi otomatis.
c.  Gambar Mesin      :





1. Meja Mesin ( Bed )
                      Meja mesin bubut berfungsi sebagai tempat dudukan kepala lepas, eretan, penyangga diam (stedy rest), dan merupakan tumpuan gaya pemakanan waktu pembubutan. Bentuk meja ini bermacam-macam, ada yang datar dan ada yang salah satu atau kedua sisinya mempunyai ketinggian tertentu. Permukaannya halus dan rata,sehingga gerakan kepala lepas dan lain-lain di atasnya lancar.  Bila alas ini kotor atau rusak akan mengakibatkan jalannya eretan tidak lancar sehingga akan diperoleh hasil pembubutan yang tidak baik atau kurang presisi.
                    Dan untuk proses pelumasannya dengan teknik pelumasan siram/ atau teknik  pelumasan semir, dengan cara disemprot atau dikus dengan oli pelapis anti karat

2. Eretan (Carriage)
                   Eretan terdiri atas eretan memanjang (longitudinal carriage) yang bergerak sepanjang alas mesin, eretan melintang (crosscarriage) yang bergerak melintang alas mesin, dan eretan atas (top carriage) yang bergerak sesuai dengan posisi penyetelan di atas eretan melintang. 
                   Kegunaan eretan ini adalah untuk memberikan pemakanan yang besarnya dapat diatur menurut kehendak operator yang dapat terukur dengan ketelitian tertentu yang terdapat pada roda pemutarnya. Perlu diketahui bahwa semua eretan dapat dijalankan secara otomatis ataupun manual. Pada eretan teknik  pelumasan dengan cara pelumasan teknik tekan atau dengan sistem hidrolik pada tuas pemompa oli atau pelumas kesela-sela antara meja dengan eretan. Mengapa digunakan sistem pelumasan seperti ini, agar proses pelumasan lebih cepat, praktis,dan dapay menjangkau bagian yang sempit seperti poros transportir penggerak majumundur eretan pada saat digunakan. Foto bagian- bagian dari eretan

3. Kepala Lepas (Tail Stock )
                   Kepala lepas sebagaimana digunakan untuk dudukan senter putar sebagai pendukung benda kerja pada saat pembubutan, dudukan bor tangkai tirus, dan  cekam bor sebagai menjepit bor. Kepala lepas dapat bergeser sepanjang alas mesin, porosnya berlubang tirus sehingga memudahkan tangkai bor untuk dijepit. Tinggi kepala lepas sama dengan tinggi senter tetap. Kepala lepas ini terdiri dari dua bagian yaitu alas dan badan, yang diikat dengan 2 baut pengikat (A) yang terpasang pada kedua sisi alas.Kepala lepas sekaligus berfungsi untuk pengatur pergeseran badan kepala lepas untuk keperluan agar dudukan senter putar sepusat dengan senter tetap atau sumbu mesin.
                      atau tidak sepusat yaitu pada waktu membubut tirus di antara dua senter. Selain roda pemutar (B), kepala lepas juga terdapat dua lagi lengan pengikat yang satu (C) dihubungkan dengan alas yang dipasang mur, di mana fungsinya untuk mengikat kepala lepas terhadap alas mesin agar tidak terjadi pergerakan kepala lepas darikedudukannya. Sedangkan yang satunya (D) dipasang pada sisi tabung luncur/rumahsenter putar, bila dikencangkan berfungsi agar tidak terjadi pergerakan longitudinal sewaktu membubut. Pada sistem pelumasan pada Tail Stok menggunakan sistem pelumasan tekan, yang cara pelumasannya oli dimasukkan dan ditekan pada baut penyetel maju mundur, yang berada pada samping tuas pengunci, dibawah ini adalah foto dari Tail Stok / Kepala Lepas

4. Penjepit Pahat (Tools Post )
                 Penjepit pahat digunakan untuk menjepit atau memegang pahat, yang bentuknya ada beberapa macam di antaranya seperti ditunjukkan pada Gambar. Jenis ini sangat praktis dan dapat menjepit pahat 4 (empat) buah sekaligus sehingga dalam suatu pengerjaan bila memerlukan 4 (empat) macam  pahat dapat dipasang dan disetel sekaligus. Untuk penjepit pahat menggunakan teknik pelumasan eles atau siram dengan alat kuas atau semprotan oli. 

5.Eretan Atas
                     Eretan atas berfungsi sebagai dudukan penjepit pahat yang sekaligus berfungsi untuk mengatur besaran majunya pahat pada proses pembubutan ulir, alur, tirus,champer (pingul), dan lain-lain yang ketelitiannya bisa mencapai 0,01 mm. Eretan ini tidak dapat dijalankan secara otomatis, melainkan hanya dengan cara manual. Kedudukannya dapat diatur dengan memutarnya sampai posisi 360°, biasanya digunakan untuk membubut tirus dan pembubutan ulir dengan pemakanan menggunakan eretan atas.

6. Eretan Lintang
                  Eretan lintang berfungsi untuk menggerakkan pahat melintang alas mesin atau arah ke depan atau ke belakang posisi operator yaitu dalam pemakanan benda kerja.Pada roda eretan ini juga terdapat dial pengukur untuk mengetahui berapa panjang langkah gerakan maju atau mundurnya pahat.

4.    Jenis Pengerjaan pada Mesin Bubut
a)    Membubut Lurus
     Pada pembuatan memanjang gerak jalan pahat sejajar dengan poros benda kerja, sedangkan untuk pembubutan yang datar ini pada benda kerja. Dalam pembubutan yang otomatis pahat dapat digeserkan maju dan mundur kearah melintang.           
b)   Membubut Tirus 
     Dapat dilakukan dengan 3 cara :
·      Dengan menggeser posisi kepala lepas kearah melintang
·      Denganmenggeser sekian derajat eretan atas (penjepit pahat) 
·      Dengan memasang perkakas pembentuk.

c)    Membubut Eksentris
     Bila garis hati dari dua / lebih silinder dari sebuah benda kerja sejajar maka benda kerja itu di sebut eksentris, jarak antara garis-garis hati itu disebut eksentrisitas.
d)   Membubut alur
     Untuk pengerjaan membubut alur di pergunakan pahat bubut pengalur dan jenisnya ada yang lurus, bengkok, berjenjang ke kanan / ke kiri.

e)    Memotong Benda Kerja
     Pemotongan benda kerja berbentuk batang pada mesin bubut digunakan sebuah pahat pengalur dengan penyayat yang sangat ramping, sebuah benda kerja yang di jepit diantara senter-senter tidak boleh putus karena dapat melentur dan menghimpit pahat.
f)    Mengebor pada Mesin Bubut
     Pembuatan lubang senter pada mesin bubut ada 2 cara, yakni benda kerja yang berputar dan senter yang berputar.
g)   Membubut Dalam
     Untuk membesarkan lubang yang sudah ada dapat digunakan pahat dalam, caranya tidak jauh berbeda dengan membubut lurus. Pahatnya punya bentuk tersendiri.
h)   Membubut Profil
     Untuk membubut pembulatan pahatnya diasah menurut bentuk profilnya, pahat profil terutama cocok untuk membubut profil pada produk-produk yang pendek, pada umumnya pahat bubut tidak terlalu tebal sehingga umur pemakaiannya pendek.
i)     Mengkartel
Adalah membuat rigi-rigi pada benda kerja dengan gigi kartel yang tersedia. Kartel dipasang pada rumah pahat dan kedudukannya harus setinggi senter. Kerja kartel ini adalah menekan benda kerja bukan menyayat seperti pahat bubut.

j)     Membubut Ulir Sekrup
     Untuk membuat ulir sekrap dengan mesin bubut digunakan pahat khusus yang berbentuk seperti : pahat ulir, segitiga, segi empat, trapesium, bulat dan jenis khusus lainnya. Untuk memeriksa pahat ulir,digunakan mal ulir. 

Pemmbelajaran role playing

A. PENGERTIAN BERMAIN PERAN ( ROLE PLAYING )

Dalam suatu proses belajar mengajar ada beberapa komponen yang selalu terkait dan tidak bisa dipisahkan, yaitu media pengajaran, prosedur didaktif (metode), materi pelajaran dan lain-lain. “Semua komponen tersebut harus terpadu dan serasi agar tercipta suasana belajar mengajar yang menyenangkan, akhirnya terwujud suatu hal apa yang dinamakan dengan hasil belajar yang berbobot dan berkualitas (Winkel, 1991: 177).
Supaya pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan berupa pemahaman yang mendalam dan berantai dari siswa, diperlukan suatu pendekatan. Guru berperan penting dalam hal ini, dengan sadar berusaha mengatur lingkungan belajar agar bergairah bagi anak didik. Dengan seperangkat teori dan bekal pengalaman yang dimiliki, sebaiknya seorang guru haruslah mempersiapkan segala sesuatu sebelum melakukan pembelajaran, mempersiapkan program pengajaran dengan baik dan sistematis.
Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan prosedur didaktif sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian dalam keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Dalam penggunaan metode atau prosedur didaktif terkadang seorang guru harus menyesuaikan dengan kondisi dan suasana kelas. Jumlah anak didik mempengaruhi penggunaan metode. Bervariasinya metode juga dapat menyulitkan guru. Sebagai cara untuk tercapainya tujuan intruksional dari pembelajaran matematika maka perlu adanya pemilihan penggunaan metode yang terbaik agar siswa merasa tertarik untuk mempelajari mata pelajaran matematika sebagaimana mestinya.
Pembelajaran dengan role playing adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan itu dilakukan siswa dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Metode ini banyak melibatkan siswa dan membuat siswa senang belajar serta metode ini mempunyai nilai tambah, yaitu: a) dapat menjamin poartisipasi seluruh siswa dan memberi kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuannya dalam bekerjasama hingga berhasil, dan b) permainan merupakan pengalaman yang menyenangkan bagi siswa (Prasetyo, 2001:72).
Pembelajaran dengan role playing merupakan suatu aktivitas yang dramatik,biasanya ditampilkan oleh sekelompok kecil siswa, bertujuan mrngeksploitasi beberapa masalah yang ditemukan untuk melengkapi partisipasi dan pengamat dengan pengalaman belajar yang nantinya dapat meningkatkan pemahaman (Prasetyo, 2001: 74).
Menurut Mulyasa (2005:43) pembelajaran dengan role playing ada tujuh tahap yaitu pemilihan masalah, pemilihan peran, menyusun tahap-tahap bermain peran, menyiapkan pengamat, tahap pemeranan, diskusi dan evaluasi serta pengambilan keputusan. Pada tahap pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya. Tahap pemilihan peran memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain. Selanjutnya  menyusun tahap-tahap bermain peran. Dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa bisa menambah dialog sendiri. Tahap berikutnya adalah menyiapkan pengamat. Pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran. Setelah semuanya siap maka dilakukan kegiatan pemeranan. Pada tahap ini semua peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing sesuai yang terdapat pada skenario bermain peran.
Dalam hal ini guru menghentikan pada saat terjadinya pertentangan agar memancing permasalahan agar didiskusikan. Masalah yang muncul dari bermain peran, dibahas pada tahap diskusi dan evaluasi. Role playing disebut juga metode sosiodrama. Sosiodrama pada dasarnya mendramatisasikan tingkah laku dalam hubungannya dengan masalah sosial (Djamarah dan Zain, 2002:56).
Selama pembelajaran berlangsung, setiap pemeranan dapat melatih sikap empati, simpati, rasa benci, marah, senang, dan peran lainnya. Pemeranan tenggelam dalam peran yang dimainkannya sedangkan pengamat melibatkan dirinya secara emosional dan berusaha mengidentifikasikan perasaan dengan perasaan yang tengah bergejolak dan menguasai pemeranan. Menurut Dr. E. Mulyasa, M.Pd. (2004:141) terdapat empat asumsi yang mendasari pembelajaran bermain peran untuk mengembangkan perilaku dan nilai-nilai social, yang kedudukannya sejajar dengan model-model mengajar lainnya. 
Keempat asumsi tersebut sebagai berikut:
a.    Secara implicit bermain peran mendukung sustau situasi belajar berdasarkan pengalaman dengan menitikberatkan isi pelajaran pada situasi ‘’di sini pada saat ini’’. Model ini percaya bahwa sekelompok peserta didik dimungkinkan untuk menciptakan analogy mengenai situasi kehidupan nyata. Tewrhadap analogy yang diwujudkan dalam bermain peran, para peserta didik dapat menampilkan respons emosional sambil belajar dari respons orang lain.
b.    Kedua, bermain peran memungkinkan para peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya yang tidak dapat dikenal tanpa bercermin pada orang lain. Mengungkapkan perasaan untuk mengurangi beban emosional merupakan tujuan utama dari psikodrama (jenis bermain peran yang lebih menekankan pada penyembuhan). Namun demikian, terdapat perbedaan penekanan antara bermain peran dalam konteks pembelajaran dengan psikodrama. Bermain peran dalam konteks pembelajaran memandang bahwa diskusi setelah pemeranan dan pemeranan itu sendiri merupakan kegiatan utama dan integral dari pembelajaran; sedangkan dalam psikodrama, pemeranan dan keterlibatan emosional pengamat itulah yang paling utama. Perbedaan lainnya, dalam psikodrama bobot emosional lebih ditonjolkan daripada bobot intelektual, sedangkan pada bermain peran peran keduanya memegang peranan yang sangat penting dalam pembelajaran.
c.    Model bermain peran berasumsi bahwa emosi dan ide-ide dapat diangkat ke taraf sadar untuk kemudian ditingkatkan melalui proses kelompok. Pemecahan tidak selalu datang dari orang tertentu, tetapi bisa saja muncul dari reaksi pengamat terhadap masalah yang sedang diperankan. Denagn demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaauntuk mengembangkan dirinya secara optimal. Dengan demikian, para peserta didik dapat belajar dari pengalaman orang lain tentang cara memecahkan masalah yang pada gilirannya dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan dirinya secara optimal. Oleh sebab itu, model mengajar ini berusaha mengurangi peran guru yang teralu mendominasi pembelajaran dalam pendekatan tradisional. Model bermain peran mendorong peserta didik untuk turut aktif dalam pemecahan masalah sambil menyimak secara seksama bagaimana orang lain berbicara mengenai masalah yang sedang dihadapi.
d.   Model bermain peran berasumsi bahwa proses psikologis yang tersembunyi, berupa sikap, nilai, perasaan dan system keyakinan, dapat diangkat ke taraf sadar melalui kombinasi pemeranan secara spontan. Dengan demikian, para pserta didik dapat menguji sikap dan nilainya yang sesuai dengan orang lain, apakah sikap dan nilai yang dimilikinya perlu dipertahankan atau diubah. Tanpa bantuan orang lain, para peserta didik sulit untuk menilai sikap dan nilai yang dimilikinya.
Terdapat tiga hal yang menentukan kualitas dan keefektifan bermain peran sebagai model pembelajaran, yakni :
(1)  kualitas pemeranan
(2)  analisis dalam diskusi
(3) pandangan peserta didik terhadap peran yang ditampilkan dibandingkan dengan situasi kehidupan nyata.

B. TUJUAN METODE BERMAIN PERAN ( ROLE PLAYING )
(Ali, 2000 : 84) menyatakan bahwa tujuan bermain peran adalah menggambarkan suatu peristiwa masa alampau atau dapat pula cerita dimulai dengan bebagai kemungkinan yang terjadi baik kini maupun mendatang kemudian ditunjuk beberapa siswa untuk melakukan peran sesuai dengan tujuan cerita. Pemeran melakukan sendiri peranannya sesuai dengan daya imajinasi tentang pokok yang diperankannya.
Mengutip pendapat dari Subari (1994 : 93) yang menjelaskan tujuan bermain peran adalah :
1.         Memahami peran orang lain.
2.         Membagi tanggung jawab dan melaksanakannya.
3.         Menghargai penghayatan orang lain,
4.         Terlatih mengambil keputusan.
Sudjana (1989 : 90) mengemukakan bahwa tujuan bermain peran adalah:
1.         Agar siswa dapat menghayati perasaan orang lain.
2.         Dapat belajar sebagaimana membagi tanggung jawab.
3.         Dapat belajar bagaimana mengambil keputusan dalam situasi kelompok secara spontan.
4.         Merangsang kelas untuk berpikir dan memecahkan masalah.
Lain halnya dengan Hamalik (2002 : 138) yang mengatakan bahwa tujuan bermain peran adalah menciptakan kembali gambaran historis masa silam, peristiwa yang mungkin terjadi pada masa mendatang, peristiwa-peristiwa sekarang yang berarti atau situasi-situasi bayangan pada suatu tempat dan waktu tertentu.
Sudjana (2000 : 90) menjelaskan bahwa tujuan bermain peran adalah agar siswa dapat menghargai dan menghayati perasan orang lain, memupuk rasa tanggung jawab pada diri siswa.

C.‎ PERAN GURU
Dalam metode sosiodrama dan permain peranan Guru berperan sebagai ‎sutradara, dimana ia betugas sebagai pemimpin, memandu jalannya cerita dan ‎menentukan para pemain peranan yang cocok dengan karakternya. Dan terkadang ‎guru juga harus menyiapkan naskahnya terlebih dahulu. Selain itu Guru juga memiliki ‎tugas untuk menyimpulkan hasil akhir dari kegiatan dramatisasi tersebut.‎ Meskipun guru sebagai pemimpin cerita namun guru hendaknya harus memberi ‎kebebasan kepada peserta didik untuk mengekpresikan tingkah lakunya.‎

D.‎ PERAN MURID
Dalam metode ini murid berperan sebagai pemain dan penonton. Dengan ‎sosiodrama dan permain peranan setiap peserta didik diberi tugas memerankan hal – ‎hal yang sesuai dengan kemampuannya. Sehingga dalam pelaksanaan tersebut setiap ‎anak merasa tanggung jawab terhadap pelaksanaannya.‎ Setelah itu sebagian peserta yang statusnya sebagai penonton memiliki hak untuk ‎memberikan kritik dan saran dalam pelaksanaan kegitan tersebut. Sehingga setelah ‎permainan peran atau sosiodrama selesai maka akan tercipta suatu diskusi yang hidup.‎

E.‎ MATERI YANG COCOK
Metode sosiodrama dan bermain peranan sangat cocok digunakan untuk meteri ‎yang memiliki tujuan :‎
‎1.‎ Memahami perasaan orang lain
‎2.‎ Membagi pertanggungjawaban dan memikulnya.‎
‎3.‎ Menghargai pendapat orang lain.‎
‎4.‎ Mengambil keputusan dalam kelompok ‎
5.‎ Membantu penyesuaian diri dengan kelompok
‎6.‎ Memperbaiki hubungan sosial.‎ ‎
7.‎ Mengenali nilai – nilai dan sikap-sikap ‎
8.‎ Menaggulangi atau memperbaiki sikap – sikap yang salah.‎
Misalnya Dalam pendidikan agama metode sosiodrama dan bermain peranan ini ‎efektif dalam menyajikan pelajaran PKn, akhlak, sejarah Islam dan topik-topik ‎lainnya. Dalam pelajaran sejarah, misalnya guru ingin menggambarkan kisah sahabat ‎khalifah Abu Bakar, ketika beliau masuk Islam. Kisah tersebut tentu amat menarik jika ‎disajikan melalui metode sosiodrma dan bermain peranan. Sebab siswa disamping ‎mengetahui proses jalannya khalifah Abu Bakar masuk Islam, juga dapat menghayati ‎ajaran dan hikmah yang terkandung dalam kisah tersebut.‎ Demikian pula halnya pada pelajaran akhlak. Misalnya bagaimana sosok akhlaqul ‎karimah (seorang yang berakhlak mulia) dan anak yang saleh ketika berhadapan ‎dengan orang tuanya maupun anak durhaka kepada orang tuanya, misalnya ‎sebagaimana cerita “Si Malin Kundang” yang tersohor itu.‎

F. PRINSIP DASAR DAN CIRI-CIRI METODE PEMBELAJARAN BERMAIN PERAN
Prinsip dasar metode pembelajaran bermain peran yaitu :
Menurut Nur (200); prinsip dasar dalam pembelajaran bermain sebagai berikut:
a.       Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota adalah tim.
c. Kelompok mempunyai tujuan yang sama.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.
e.  Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
g. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok bermain.
Sedangkan ciri-ciri metode pembelajaran bermain peran adalah :
a) Siswa dalam kelompok secara bermain menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi dasar yang akan dicapai.
b) Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat kemampuan tinggi, sedang dan rendah. jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender.
c)  Penghargaan lebih menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.

G. PROSES PELAKSANAAN METODE ROLE PLAYING
1)      Pemilihan masalah, guru mengemukakan masalah yang diangkat dari kehidupan peserta didik agar mereka dapat merasakan masalah itu dan terdorong untuk mencari penyelesaiannya.
2)      Pemilihan peran, memilih peran yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, mendeskripsikan karakter dan apa yang harus dikerjakan oleh para pemain.
3)      Menyusun tahap-tahap berain peran, dalam hal ini guru telah membuat dialog tetapi siswa dapat juga menambahkan dialog sendiri.
4)       Menyiapkan pengamat, pengamat dari kegiatan ini adalah semua siswa yang tidak menjadi pemain atau pemeran.
5)      Pemeranan, dalam tahap ini para peserta didik mulai bereaksi sesuai dengan peran masing-masing yang terdapat pada skenario bermain peran.
6)      Diskusi dan evaluasi, mendiskusikan masalah-masalah serta pertanyaan yang muncul dari siswa.
7)      Pengambilan keputusan yang telah dilakukan. Jadi pembelajaran dengan role playing merupakan cara belajar yang dilakukan dengan cara membagi siswa menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok memerankan karakter sesuai dengan naskah yang telah dibuat dan materi yang telah ditentukan oleh guru sehingga siswa lebih mudah memahami dan mengingat materi yang telah diperankan tersebut.
 Agar metode role playing/ bermain peran ini dapat mencapai tujuan, maka harus disusun langkah-langkah pembelajaran agar penggunaan metode ini lebih efektif. Langkah-langkah menurut Subari, (1994: 93-94) tersebut sebagai berikut:
(1)     guru menerangkan teknik sosiodrama dengan cara yang mudah dimengerti oleh para siswa.
(2)     Masalah yang akan dimainkan harus disesuaikan dengan tingkat umur dan kemampuan.
(3)     Guru menceritakan masalah yang akan dimainkan itu secara sederhana tetapi jelas, untuk mengatur adegan dan memberi kesiapan mental para pemain.
(4)     Jika sosiodrama itu untuk pertama kali dilakukan sebaiknya para pemerannya ditentukan oleh guru.
(5)     Guru menetapkan para pendengar, yaitu para siswa yang tidak berperan.
(6)      Guru menetapkan dengan jelas masalah dan peranan yang harus dimainkan.
(7)     Guru menyarankan kata-kata pertama yang harus diucapkan pemain untuk memulai permainan.
(8)     Guru menghentikan permainan di saat situasi sedang mencapai klimaks dan kemudian membuka diskusi umum.
(9)     Sebagai hasil diskusi, guru dapat meminta siswa untuk menyelesaikan masalah itu dengan cara-cara lain.
(10)   Guru dan siswa menarik kesimpulan-kesimpulan dari drama yang dimainkan baik dalam teknik maupun dalam isinya

 H. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN METODE ROLE PLAYING
            Seperti metode-metode pembelajaran yang lain, metode pembelajaran Sosiodrama/Bermain Peranan (Role Playing) juga memiliki kelebihan dan kekurangan. Maksudnya, tidak semua materi bisa menjadi lebih baik bila menggunakan metode ini, akan tetapi harus dipilih dengan teliti oleh guru pengampu, mana yang baik menggunakan metode ini dan mana yang tidak. Berikut saya sampaikan beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode pembelajaran sosiodrama/bermain peran (Role Playing).
Kelebihannya:
a)  Siswa melatih dirinya untuk memahami dan mengingat isi bahan yang akan diperankan. Sebagai pemain harus memahami, menghayati isi cerita secara keseluruhan, terutama untuk materi yang harus diperankannya. Dengan demikian, daya ingatan siswa harus tajam dan tahan lama.
b) Siswa akan berlatih untuk berinisiatif dan berkreatif. Pada waktu bermain peran para pemain dituntut untuk mengemukakan pendapatnya sesuai dengan waktu yang tersedia.
c) Bakat yang terdapat pada siswa dapat dipupuk sehingga dimungkinkan akan muncul atau tumbuh bibit seni drama dari sekolah.
d) Kerjasama antar pemain dapat ditumbuhkan dan dibina dengan sebaikbaiknya.
e) Siswa memperoleh kebiasaan untuk menerima dan membagi tanggung jawab dengan sesamanya.
f) Bahasa lisan siswa dapat dibina menjadi bahasa yang lebih baik agar mudah dipahami orang lain.
Kekurangannya:
a) Sebagian anak yang tidak ikut bermain peran menjadi kurang aktif.
b) Banyak memakan waktu.
c) Memerlukan tempat yang cukup luas.
d) Sering kelas lain merasa terganggu oleh suara para pemain dan tepuk tangan      penonton/pengamat.

I. CARA-CARA MENGATASI KELEMAHAN – KELEMAHAN METODE BERMAIN PERAN
Usaha-usaha untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari metode sosiodrama antara lain ialah :
·           Guru harus menerangkan kepada siswa untuk memperkenalkan metode ini, bahwa dengan jalan sosiodrama siswa diharapkan dapat memecahkan masalah hubungan sosial yang aktual ada di masyarakat kemudian guru menunjuk beberapa siswa yang akan berperan masing-masing akan mencari pemecahan masalah sesuai dengan perannya dan siswa yang lain menjadi penonton dengan tugas-tigas tertentu
·           Guru harus memilih masalah yang urgen sehingga menarik minat anak. Ia mampu menjelaskan dengan baik dan menarik sehingga siswa terangsang untuk berusaha memecahkan masalah itu.
·           Agar siswa memahami peristiwanya maka guru harus bisa menceritakan sambil mengatur adegan yang pertama.
·           Bobot atau luasnya bahan pelajaran yang akan didramakan harus disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Oleh karena itu harus diusahakan agar para pemain berbicara dan melakukan gerakan jangan sampai banyak variasi yang kurang berguna.


Daftar pustaka
Depdiknas. 2003. Kegiatan Belajar Mengajar yang Efektif. Jakarta: Depdiknas.
Djamarah, Syaiful Bahri & Aswan Zain. 1995. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Effendi, Onong Uchjana. 1986. Dimensi-dimensi Komunikasi. Bandung: Alumni.
Gulo W. 2002.  Strategi belajar mengajar, Jakarta; Gramedia.
Hasan S.N . 1996.  Pendidikan ilmu-ilmu sosial buku 1 dan 2, Bandung, Jurusan  Pendidikan Sejarah UPI.
Mulyasa, E. 2004. Implementasi Kurikulum 2004: Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sardiman. 2001. Interaksi Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Siska, Y. 2011. Penerapan Metode Bermain Peran (Role Playing) Dalam Meningkatkan Keterampilan Sosial Dan Keterampilan Komunikasi Anak Usia Dini. Jurnal Edisi Khusus No.2, : 31-37.
Sudjana S., D. 2001. Metode & Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Winkel.      1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta : Grasindo